Minggu, 30 September 2012

Berbagi Selingan : Bahagia yang Sederhana

Saya selalu merasa kebahagiaan saya sebagai guru les itu sederhana : cukup dengan melihat murid-murid saya memahami apa yang saya jelaskan dan dapat mengerjakan soal-soalnya. Saya sendiri tidak punya ekspektasi yang berlebihan kepada mereka. Walaupun punya target kecil-kecilan. Kayak misalnya target tahun lalu adalah supaya bisa naik kelas. Terus target semester berikutnya supaya peringkatnya di kelas naik. Kalau sebelum les mereka peringkat 30-sekian. (lima besar dari bawah). Sekarang, tiap semester hanya saya naik-an lima peringkat kok.

Sederhana kan?

Toh orangtua mereka adalah orangtua yang modern dan pengertian. Yang tidak hanya menuntut nilai akademis saja.

Tapi midtest kali ini saya diberikan bonus berlebih oleh murid saya. Bahagianya double, bahkan triple. Kemarin sabtu, saat sedang mendampingi rekoleksi SD Sanur, Albert kirim sms ke saya, : "kak..nilai mid test matematika pak tri gw dapet 100". What?? 100?! Bahagiaaaa banget rasanya. Langsung saja saya menyampaikan kabar gembira ini kepada teman-teman saya yang sedang ada di dekat saya saat itu. Entah mereka mengerti atau tidak kebahagiaan saya ini.

Motivasi. Kata itu yang perlu ditekankan oleh para pendidik, entah itu guru, orangtua atau pengajar les. Dan kata itulah yang selalu saya garisbawahi kepada murid-murid saya. Menyadarkan mereka bahwa orangtuanya harus mengeluarkan uang ekstra untuk membayar saya, padahal uang sekolah mereka di sekolah favorit itu saja sudah mahal (makluuumm...satu almamater, jadi boleh agak membanggakan sekolahnya dong yaaa..?hahaha). Menyadarkan mereka pula bahwa proses belajar ini akan menjadi sia-sia saja jika hanya satu pihak yang berusaha. Lalu memotivasi mereka supaya hubungan kami dapat selalu menjadi simbiosis mutualisme. Memotivasi mereka supaya mereka jadi suka belajar.

Dan..taraaaaa...proses ini membuahkan hasil yang memuaskan. Grafiknya nihhh..dari nilai 40-60-70-80-100! Proses yang perlu dinikmati dan disyukuri bukan? Pertama-tama mendapat nilai 80, dia bangganya bukan main. Saya pun ikut bangga, dan saya suka bercandain dengan kalimat : "horeeee..dapet nilai bagus..besok gw kasih hadiah sebungkus permen sugus deh". Terus dia melengos gitu aja dengan gaya khas remajanya.

Percaya sama saya, sekali dapet nilai bagus, dia akan jadi semakin termotivasi untuk mendapat nilai yang bagus, dan lebih bagus lagi. Dan dia jadi terbiasa untuk belajar. Terus dia akan mulai merasa sedih dan kecewa kalau nilainya jelek dan harus remedial. Padahal dulu, remedial menjadi hal yang biasa.

Memang sih ini jadi bumerang bagi mereka. Kalau dulu orangtuanya tidak pernah menuntut nilai bagus kepada mereka, sekarang, menurut pengakuan Albert, karena nilai raportnya yang lumayan di semester lalu, orangtuanya sekarang jadi terobsesi dengan nilai. Pernah suatu saat Albert berbicara cukup keras kepada mamanya di depan saya, katanya "Mama kenapa sih? bermimpi aku jadi juara kelas? bla bla bla bla...". Saya saat itu memang ikutan menegur Albert, karena dengan alasan apapun, dia tidak boleh bersikap kasar kepada orangtuanya.

Tapi di luar dari itu semua.... I'm proud of you boy!"

*besok tinggal interogasi murid yang lain atas nilai-nilai midtest mereka, ehhehehe

Tidak ada komentar: